Kategori
Reanimasi

Departure

Ada sebuah kalimat pembuka dari film Critical Eleven, sebuah karya adaptasi dari novel dengan judul yang sama dari penulis Ika Natassa, kira-kira begini bunyinya: “Aku adalah salah satu orang aneh yang menyukai bandara. Ada sesuatu yang terasa menenangkan dan membebaskan. Bahkan saat aku di situ untuk terbang demi urusan pekerjaan, bandara itu seperti tempat peristirahatan sementara.” Kalimat ini langsung mengena di hati saya, karena sama persis seperti apa yang saya rasakan setiap kali duduk di bandara menunggu penerbangan saya selanjutnya ke kota-kota yang akan saya datangi, di mana petualangan dan pengalaman baru akan saya temui. Menunggu di bandara-bandara internasional yang luas, indah dan modern sambil melihat orang-orang dari berbagai bangsa dan bahasa lalu lalang sangat menyenangkan.

Dalam hidup, saya telah meninggalkan salah satu bandara yang cukup lama saya nikmati – bahkan bisa dibilang terlalu lama, sebuah zona nyaman, untuk melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya, PPDS lyfe. Meneruskan pendidikan di akhir batas usia (alias sudah tidak muda lagi) tentu bukanlah hal yang mudah, meskipun tidak ada beban yang saat ini harus saya tanggung. Apalagi pendidikan dokter spesialis di Indonesia, terutama di bidang yang saya pilih, tidaklah ringan, baik fisik maupun mental. Saya perlu waktu setahun lebih untuk memantapkan hati mendaftarkan diri. Bahkan di pertengahan tahun 2019 saya putuskan untuk berkelana sendirian ke Eropa guna menenangkan pikiran, menguatkan hati, sekaligus merayakan ulang tahun di musim panas saat itu.

Cukup lama saya menunda ‘keberangkatan yang selanjutnya’ setelah kegagalan yang saya alami beberapa tahun lalu – walaupun sudah jelas saya putuskan, saya akan berputar haluan dan mulai mempersiapkan diri. Ada saja alasan di benak saya yang membuat saya ragu untuk melangkah: otak sudah beku karena kelamaan nggak dipakai, sulit untuk mikir; malas belajar; nggak tahan dingin – padahal di ruang operasi dan ICU suhunya bisa 16-18˚C. Belum lagi banyak yang bilang PPDS itu capek dan lama dengan biaya yang sangat besar. Secara fisik kita juga dikuras habis – mengurusi pasien sejak subuh sampai larut malam. Belum lagi tekanan mentalnya. Zero mistake karena ini urusan nyawa, sehingga sedikit saja kesalahan dapat berakibat ‘dimakan’ oleh senior, bahkan jika fatal bisa saja di-grounded tertunda 1-2 semester, bahkan Drop Out.

Saya masih harus mengalami dua kali kegagalan lagi sampai berhasil diterima di program studi yang saya pilih. Mungkin bisa jadi karena saya kurang bersungguh-sungguh dalam berusaha, atau memang sudah takdir dari Yang di Atas. Yang jelas saya sudah berupaya untuk tetap maju, apapun yang terjadi, walaupun kadang tekad itu kehilangan kekuatannya.

Motivasi tinggi sesungguhnya seringkali hanya terucap dalam kata-kata, tapi tidak pada perwujudannya. Kalau kita sering melihat atau mendengar seseorang mengucapkan kata-kata yang positif, kalimat-kalimat yang memotivasi, bisa saja kata-kata itu bukan ditujukan kepada orang lain, melainkan untuk menguatkan dirinya sendiri. Dia sadar dirinya goyah, lemah, dan kehilangan motivasi, sehingga ia mengucapkan kata-kata yang menguatkan untuk dia dengar sendiri. Saya pun demikian, butuh motivasi dari dalam diri saya sendiri agar tetap berusaha lebih keras di banding sebelumnya.

“Airport is the least aimless place in the world. Everything about the airport is destination,” lanjut Ika dalam novelnya. Lalu apa destinasi yang ingin saya tuju? Biarlah saya simpan jawabannya dalam hati. Tentu saja mirip seperti yang kebanyakan orang pikirkan. Hanya saja mungkin lebih sederhana: menikmati hari demi hari dengan kegiatan yang menyenangkan, pekerjaan yang disukai, kesibukan yang membuat stres tapi diganjar rasa plong dan puas pasca adrenalin rush. Semoga saya bisa termotivasi untuk lebih baik lagi, lebih giat dan tekun, lebih banyak membaca dan menulis, mengisi waktu dengan lebih produktif.

PS. Sepertinya tokoh Tanya Laetitia Baskoro Risjad dalam novel Critical Eleven berkepribadian INTJ. Terasa ‘gue banget’ untuk hal-hal yang dia sukai dan dia benci. Hanya di saya kurang Ale-nya saja. Haha.

Oleh raiyaroof

pekerja medis komersial; tenaga kerja pemerintah; penikmat musik dan penyuka novel-novel sastra; pemimpi yang berharap suatu saat bisa menulis buku dan jalan-jalan keliling dunia